Tidak sengaja menemukan Artikel yang ditulis Oleh MUNADI sudah lama juga posting ini terbit tahun 2011 lalu, namun cukup menarik untuk disimak berkaitan dengan Kurikulum 2013 khususnya untuk mapel TIK / Bimbingan Konseling IT. Berikut Artikel yang maksud.
ARTIKEL TI DALAM BK
A. Pengertian Teknologi Informasi
Teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja
dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan pemrosesan
tertentu (Haag dan Keen, 1996).
Teknologi informasi tidak hanya sebatas pada teknologi komputer
(perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan
menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk
mengirimkan informasi (Martin, 1999).
Teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi
(komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa
data, suara, dan video (Williams dan Sawyer, 2003).
Dari ketiga pengertian di atas, maka pengertian teknologi informasi
dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah gabungan antara
teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi yang memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh individu (brainware)
B. Penggunaan Teknologi Informasi dalam BK
Penggunaan teknologi informasi khususnya komputer kini sudah menjadi
mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah, mulai sekolah dasar hingga ke
sekolah lanjutan atas dan sekolah kejuruan. Namun demikian yang paling
besar pengaruhnya adalah di Perguruan Tinggi, di mana hampir semua
perguruan tinggi di Indonesia sudah memanfaatkan teknologi ini dalam
perkuliahannya, baik melalui tatap muka maupun secara online. Sebagai
contoh seorang dosen dalam menyampaikan materinya tidak hanya
mengandalkan media konvensional saja, melainkan sudah menggunakan unsur
teknologi di dalamnya. Biasanya seorang dosen atau guru di PT tertentu
dalam menyampaikan materi kuliah ditampilkan dalam bentuk slide
presentasi dengan bantuan komputer. Dengan teknologi ini mahasiswa atau
siswa bisa mengikuti mata kuliah dengan baik, karena materi yang
disampaikan selain mengandung materi yang berbobot juga mengandung unsur
multimedia yang bisa menghibur. Di mana dengan bantuan komputer yang
dihubungkan dengan multimedia projector seorang dosen tidak perlu
menekan tombol keyboard atau papan ketik melainkan cukup menekan remote
control yang dipegangnya.
C. Komponen Sistem Teknologi Informasi
Sistem Teknologi Informasi adalah sistem yang terbentuk sehubungan dengan penggunaan teknologi informasi.
Komponen utama Sistem Teknologi Informasi yaitu:
1. Hardware (perangkat keras),
2. Software (perangkat lunak),
3. Brainware (orang yang membuat, menggunakan dan memelihara sistem).
D. Klasifikasi Sistem Teknologi Informasi
Sistem teknologi informasi dapat diklasifikasikan berdasarkan:
Klasifikasi Menurut Fungsi Sistem
1. Embedded IT System yaitu sistem teknologi informasi yang melekat pada
produk lain. Contoh sistem pada lift berfungsi untuk mengendalikan
gerakan lift.
2. Dedicated IT System yaitu sistem teknologi informasi yang dirancang
untuk melakukan tugas-tugas khusus. Misalnya ATM (Anjungan Tunai
Mandiri) dirancang khusus untuk melakukan transaksi keuangan nasabah
bank.
3. General Purpose IT System yaitu sistem teknologi informasi yang
digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas yang bersifat umum.
Misalnya sistem komputer yang disebut PC.
Klasifikasi Menurut Cara Melayani Permintaan
Pada lingkungan yang memiliki sejumlah komputer yang saling berhubungan,
dikenal dengan istilah client/server. Server adalah komputer/software
yang bertugas melayani permintaan komputer yang berkedudukan sebagai
client. Contoh: web server. Client adalah komputer yang memanfaatkan
layanan yang disediakan server.
E. Peranan Teknologi Informasi
TI dalam Dunia Perbankan
Contoh: ATM, e-Banking, m-Banking, dll
TI dalam Dunia Medis
Contoh: SI Rumah Sakit, CT scan (Computer Tomography), dll
TI untuk Kepolisian
Contoh: Pembuatan SIM, teknologi pencocokan pola (pattern
recognition) untuk memudahkan pencarian sidik jari, face
recognition untuk mengenali wajah pelaku kriminal.
TI untuk Perdagangan Elektronis
Contoh: e-Commerce
TI untuk Perancangan Produk
Contoh: CATIA (Computer-Aided Three-Dimensional Interactive
Application) buatan Dassault Systems, Perancis, untuk
merancang mobil atau pesawat, Foran untuk membuat kapal, &
3D Home Architect untuk mendesain
TI dalam Dunia Pendidikan
Contoh: pengajaran berbabis multimedia, edutainment, e-Learning, dll
Kerena BK adalah bagian dari pendidikan, maka contoh TI dalam BK sama
dengan contoh TI dalam pendidikan yaitu pengajaran berbabis multimedia,
edutainment, e-Learning, dll, yang disesuaikan dengan kebutuhan yang
diperlukan sesuai dengan kode etik yang berlaku.
BAB III
ANALISIS
A. Analisis Teoretis
Sebagai salah satu profesi yang memberikan layanan sosial atau layanan
kemanusiaan maka secara sadar atau tidak keberadaan profesi bimbingan
konseling berhadapan dengan perubahan realitas baik yang menyangkut
perubahan-perubahan pemikiran, persepsi, demikian juga nilai-nilai.
Perubahan yang terus menerus terjadi dalam kehidupan, mendorong konselor
perlu mengembangkan awareness, pemahaman, dan penerapannya dalam
perilaku serta keinginan untuk belajar, dengan diikuti kemampuan untuk
membantu siswa memenuhi kebutuhan yang serupa. Konselor akan menjadi
agen perubahan serta pembelajar yang bersifat kontinyu. Layanan
Bimbingan dan Konseling menjadi sangat penting karena langsung
berhubungan langsung dengan siswa. Hubungan ini tentunya akan semakin
berkembang pada hubungan siswa dengan siswa lain, guru dan karyawan,
orang tua / keluarga, dan teman-teman lain di rumah. Selanjutnya
bagaimana pengaruhnya dengan pembelajarannya di sekolah, sosialisasi
dengan teman, saudara baik di sekolah dan di rumah. Dan tentu saja
dengan prestasinya di bidang akademik dan non akademik.
Berarti layanan bimbingan dan konseling harus didukung sistem yang baik
sehingga Layanan ini bisa dilaksanakan dengan lebih komprehensif.
Dukungan layanan ini dapat diperoleh dari tersedianya data yang akurat
yang sepertinya untuk saat ini sangat tepat apabila data tersebut
didapatkan dari system komputasi. Agar bisa bertahan dan diterima oleh
masyarakat, maka bimbingan dan konseling harus dapat disajikan dalam
bentuk yang efisien dan efektif yatiu dengan menggunakan ICT atau dengan
kata lain harus melibatkan teknologi informasi, khususnya teknologi
informasi dalam bimbingan dan konseling.
Dunia teknologi telah merajai dunia, siapa yang menguasai teknologi maka
ia menguasai dunia. Nampaknya juga BK harus mensinergiskan dengan
teknologi yang sedang berkembang. Pesatnya komputer dan penyebarannya
ternyata tidak berbanding lurus dengan perkembangan dunia konseling.
Berbagai masalah dan tantangan dalam menggunakan ICT dalam dunia
konseling dapat dikemukakan oleh pendapatnya Rahardjo (2000), Hardhono
(2002) dalam (Nurhudaya : 2005) antara lain :
1. Keragamaan teknologi
2. Kurang mampu membeli ICT
3. Kurang kesadaran akan ketepatan penggunaan ICT
4. Informasi yang kurang komperhensif
5. Terlalu terikat dengan menu pokok
6. Keamanan
7. Kolaborasi.
Kompetensi yang dimiliki konselor sekolah dalam menghadapi dunia
teknologi nampaknya masih jauh. Hal ini dapat berakibat menjadi kultur
shock antara teknologi dan kemapuan teknologi. Oleh karenanya konselor
harus memiliki skill yang siap menghadapi konseli di dunia ICT ini.
Salah satu imbas teknologi informasi dalam BK diantaranya pada
penyelenggaraan dukungan sistem. Dukungan sistem dapat berupa
sarana-prasarana, sistem pendidikan, sistem pengajaran, visi-misi
sekolah dan lain sebagainya. Berbicara sarana-prasarana, memasuki dunia
globalisasi dengan pesatnya teknologi dan luasnya informasi menuntut
dunia konseling untuk menyesuaikan dengan lingkungannya agar memenuhi
kebutuhan masyarakat luas. Oleh karenanya sekarang ini sedang berkembang
apa yang dinamakan cyber-counseling. Pada hakikatnya penggunaan
cyber-counseling merupakan salah satu pemanfaatan IT dalam dunia
bimbingan dan konseling.
Strategi layanan konseling yang harus diperhatikan dalam pelayanan
konseling pada era globalisasi yaitu penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi, dan pendekatan lintas budaya. Berkaitan dengan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi (ICT) perlu dikolaborasikan dengan
bimbingan dan konseling.
Penggunaan ICT dalam konseling mengarah pada pengembangan media
konseling. Selain dapat dilakukan melalui tatap muka, konseling dapat
dilakukan secara jarak jauh. Beberapa diantaranya sebagai berikut.
1. Konseling melalui telepon
2. Konseling melalui video-phone
3. Konseling melalui radio atau televisi
4. Konseling berbantuan komputer
5. Konseling melalui internet
6. Konseling melalui surat magnetik (disket ke disket)
Hines (2002) mengemukakan beberapa kompetensi yang harus dimiliki
konselor berkenaan dengan ICT yaitu hendaknya konselor (Nurhudaya :
2005):
1. Menjadi konsumen ICT yang faham dan terampil
2. Familiar akan kecenderungan penggunaan ICT dalam bidang pendidikan
3. Dapat menggunakan berbagai sumber teknologi.
4. Mampu mengembangkan rencana penggunaan teknologi untuk pelayanan BK
5. Dapat mendesain, menciptakan dan mengevaluasi suatu program interaktif.
6. Memahami implikasi legal dan etis dari penggunaan teknologi.
7. Mampu menggunakan teknologi secara efektif guna mengelola data siswa
8. Mampu menggunakan teknologi sebagai alat
Salah satu kendala lainnya berkaitan dengan penerapan sistem teknologi
informasi dalam bimbingan dan konseling adalah masalah aksesibilitas,
baik fisik maupun kemampuan dalam memanfaatkan dan menggunakan TI untuk
bimbingan dan konseling.
B. Analisis Praktis
Tidak dapat disangkal bahwa saat ini kita hidup dalam dunia teknologi.
Hampir seluruh sisi kehidupan kita bergantung pada kecanggihan
teknologi, terutama teknologi komunikasi. Bahkan, menurut Pelling (2002)
ketergantungan kepada teknologi ini tidak saja di kantor, tetapi sampai
di rumah-rumah. Konseling sebagai usaha bantuan kepada siswa, saat ini
telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat. Perubahan ini
dapat ditemukan pada bagaimana teori-teori konseling muncul sesuai
dengan kebutuhan masyarakat atau bagaimana media teknologi bersinggungan
dengan konseling. TI dalam konseling antara lain adalah komputer dan
perangkat audio visual.
Manfaat TI dalam BK
Komputer merupakan salah satu media yang dapat dipergunakan oleh
konselor dalam proses konseling. Pelling (2002) menyatakan bahwa
penggunaan komputer (internet) dapat dipergunakan untuk membantu siswa
dalam proses pilihan karir sampai pada tahap pengambilan keputusan
pilihan karir. Hal ini sangat memungkinkan, karena dengan membuka
internet, maka siswa akan dapat melihat banyak informasi atau data yang
dibutuhkan untuk menentukan pilihan studi lanjut atau pilihan karirnya.
Manfaat penggunaan komputer (internet) adalah:
1. Pemanfaatan internet untuk survei, studi eksplorasi, mencari data, informasi atau dokumen elektronik yang berharga, dll.
2. Pemakaian email dan messaging dengan memperhatikan etika.
3. Publikasi pengumuman, makalah, materi ajar, program aplikasi gratis,
data, dll. yang dinilai bermanfaat bagi masyarakat luas pada situs web
(website).
4. Penyelenggaraan kompetisi ilmiah, seni, ketangkasan secara on line yang bernilai positif bagi masyarakat luas.
Data-data yang didapat melalui internet, dapat dianggap sebagai data
yang dapat dipertanggungjawabkan dan masuk akal (Pearson, dalam Pelling
2002; Hohenshill, 2000). Data atau informasi yang didapat melalui
internet adalah data-data yang sudah memiliki tingkat validitas tinggi.
Hal ini sangat beralasan, karena data yang ada di internet dapat dibaca
oleh semua orang di muka bumi. Sehingga kecil kemungkinan jika data yang
dimasukkan berupa data-data sampah. Sebagai contoh, saat ini dapat kita
lihat di internet tentang profil sebuah perguruan tinggi. Bahkan,
informasi yang didapat tidak sebatas pada perguruan tinggi saja, tetapi
bisa sampai masing-masing program studi dan bahkan sampai pada kurikulum
yang dipergunakan oleh masing-masing program studi. Data-data yang
didapat oleh siswa pada akhirnya menjadi suatu dasar pilihan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Tentu saja, pendampingan konselor sekolah dalam
hal ini sangat diperlukan.
Sampsons (2000) mengungkapkan bahwa fasilitas di internet dapat dapat
dipergunakan untuk melakukan testing bagi siswa. Tentu saja hal ini
harus didasari pada kebutuhan siswa. Penggunaan komputer di kelas
sebagai media bimbingan dan konseling akan memiliki beberapa keuntungan
seperti yang dinyatakan oleh Baggerly sebagai berikut:
1. Akan meningkatkan kreativitas, meningkatkan keingintahuan dan
memberikan variasi pengajaran, sehingga kelas akan menjadi lebih
menarik;
2. Akan meningkatkan kunjungan ke web site, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan siswa;
3. Konselor akan memiliki pandangan yang baik dan bijaksana terhadap materi yang diberikan;
4. Akan memunculkan respon yang positif terhadap penggunaan email;
5. Tidak akan menimbulkan kebosanan;
6. Dapat ditemukan silabus, kurikulum dan lain sebagainya melalui website; dan
7. Terdapat pengaturan yang baik
Selain penggunaan internet seperti yang telah diuraikan di atas, dapat
dipergunakan pula software seperti microsoft power point. Software ini
dapat membantu konselor dalam menyambaikan bahan bimbingan secara lebih
interaktif. Konselor dituntut untuk dapat menyajikan bahan layanan
dengan mempergunakan imajinasinya agar bahan layanannya tidak
membosankan.
Program software power point memberikan kesempatan bagi konselor untuk
memberikan sentuhan-sentuhan seni dalam bahan layanan informasi. Melalui
program ini, yang ditayangkan tidak saja berupa tulisan-tulisan yang
mungkin sangat membosankan, tetapi dapat juga ditampilkan gambar-gambar
dan suara-suara yang menarik yang tersedia dalam program power point.
Melalui fasilitas ini, konselor dapat pula memasukkan gambar-gambar di
luar fasilitas power point, sehingga sasaran yang akan dicapai menjadi
lebih optimal.
Gambar-gambar yang disajikan melalui program power point tidak statis
seperti yang terdapat pada Over Head Projector (OHP). Konselor dapat
memasukkan gambar-gambar yang bergerak, bahkan konselor bisa melakukan
insert gambar-gambar yang ada di sebuah film.
Media lain yang dapat dipergunakan dalam proses bimbingan dan konseling
di kelas antara lain adalah VCD/DVD player. Peralatan ini seringkali
dipergunakan oleh konselor untuk menunjukkan perilaku-perilaku tertentu.
Perilaku-perilaku yang tampak pada tayangan tersebut dipergunakan oleh
konselor untuk merubah perilaku klien yang tidak diinginkan (Alssid
& Hitchinson, 1977; Ivey, 1971, dalam Baggerly 2002). Dalam proses
pendidikan konselor pun, penggunaan video modeling ini juga dipergunakan
untuk meningkatkan keterampilan dan prinsip konseling yang akan
dikembangkan bagi calon konselor (Koch & Dollarhide, 2000, dalam
Baggerly, 2002).
Sebelum VCD/DVD player ini ditayangkan, seorang konselor sebaiknya
memberikan arahan terlebih dahulu kepada siswa tentang alasan
ditayangkannya sebuah film. Hal ini sangat penting, sebab dengan
memiliki gambaran dan tujuan film tersebut ditayangkan, maka siswa akan
memiliki kerangka berpikir yang sama. Setelah film selesai ditayangkan,
maka konselor meminta siswa untuk memberikan tanggapan terhadap apa yang
telah mereka lihat. Tanggapan-tanggapan ini pada akhirnya akan
mempengaruhi bagaimana klien berpikir dan bersikap, yang kemudian
diharapkan akan dapat merubah perilaku klien atau siswa.
Media E-learning, adalah metode belajar mengajar baru yang menggunakan
media jaringan komputer dan Internet, tersampaikannya bahan ajar
(konten) melalui media elektronik, otomatis bentuk bahan ajar juga dalam
bentuk elektronik (digital), dan adanya sistem dan aplikasi elektronik
yang mendukung proses belajar mengajar.
Manfaat dari E-learning adalah:
• Pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
• Bertambahnya Interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (interactivity enhancement).
• Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (global audience).
• Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
Kerugian TI dalam BK
Pelling (2002) menyatakan bahwa, walaupun saat ini masyarakat sangat
tergantung pada teknologi, tetapi di lain pihak, masih banyak diantara
kita yang mengalami ketakutan untuk mempergunakan teknologi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat kita masih
percaya bahwa pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh orang tua atau
orang yang dituakan masih dianggap lebih baik. Hal ini tidak lepas dari
budaya paternalistik yang melingkupi masyarakat kita.
Sebaik apapun teknologi yang berkembang, tetapi jika pola pikir
masyarakat masih terkungkung dengan nilai-nilai yang diyakini benar,
maka data atau informasi yang didapat seakan-akan menjadi tidak berguna.
Sebagai contoh, seorang siswa akan memilih jurusan di perguruan tinggi.
Mungkin mereka akan mencari informasi sebanyak mungkin, dan konselor
akan memfasilitasi keinginan mereka. Tetapi, pada saat mereka dihadapkan
untuk menentukan dan memilih jurusan yang akan diambil, maka tidak
jarang dari mereka akan berkata, “Saya senang dengan jurusan A, tetapi
nanti tergantung pada orang tua saya”.
Contoh lain, saat ini perkembangan teknologi sudah berkembang dengan
demikian pesat. Tiap manusia dapat berkomunikasi tanpa dibatasi rentang
ruang dan waktu. Tetapi dalam budaya tertentu, alat komunikasi ini bisa
menjadi “tidak bermanfaat”. Restu orang tua merupakan hal yang dianggap
sakral oleh sebagian budaya tertentu, bahkan meminta restu ini akan
lebih afdol jika dilakukan dengan melakukan sungkem. Untuk menunjukkan
perilaku ini, maka seringkali mereka melupakan kecanggihan piranti
komunikasi yang sudah canggih, walau jarak yang ditempuh untuk
mendatangi orang tua relatif jauh.
Hal lain yang terkait dengan penggunaan media dalam bimbingan dan
konseling adalah sasaran pengguna seringkali disamakan. Walaupun ragam
media sudah bermacam-macam, tetapi media ini seringkali masih belum bisa
menyentuh sisi afektif seseorang. Dalam bimbingan dan konseling dikenal
istilah empati. Penggunaan media, seringkali pula akan “menghilangkan”
empati konselor, jika konselor mempergunakan media sebagai alat bantu
utama.
Klien datang ke ruang konseling tidak selalu membutuhkan informasi dari
internet atau komputer, bahkan ada kemungkinan klien atau siswa datang
ke ruang konseling juga tidak membutuhkan bantuan dari konselor secara
langsung melalui proses konseling. Tetapi adakalanya, siswa atau klien
datang ke ruang konseling hanya ingin mendapatkan senyuman dari konselor
atau penerimaan tanpa syarat dari konselor.
Sebagai benda mati, peralatan teknologi yang ada saat ini hanya bisa
bermanfaat jika dimanfaatkan oleh mereka yang memahami penggunaan
masing-masing alat tersebut. Artinya penggunaan teknologi ini akan
memunculkan efek yang baik jika dijalankan oleh mereka yang paham
peralatan tersebut. Sebaliknya, peralatan ini akan memberikan dampak
negatif jika pelaksananya tidak memahami dampak yang akan ditimbulkan.
Banyak contoh kasus dampak negatif penyalahgunaan teknologi informasi
seperti beredarnya rekaman video porno di ponsel, beredarnya video porno
bajakan yang dilakukan oleh anak negeri dan lain sebagainya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan Ti yang negatif adalah:
• Memberikan account pribadi kepada orang lain dengan tujuan agar orang
tersebut dapat membantu mengerjakan tugas-tugas kuliah yang seharusnya
dikerjakan sendiri.
• Men- download data berukuran sangat besar (misalnya video) yang tidak
ada kaitannya sama sekali dengan materi pembelajaran, sehingga
“memadati” lalu-lintas jaringan dan mengganggu pengguna jaringan yang
lain.
• Bermain online game (via internet) yang tidak ada kaintannya dengan materi atau kegiatan pembelajaran.
• Mengakses (men- download) maupun mempublikasikan tulisan, gambar, suara, video, dll. yang asusila (porno) atau tidak etis.
• Mempublikasikan hasil karya orang lain dengan melanggar hak cipta.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Sistem teknologi informasi saat ini telah berkembang dengan sangat pesat
sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan manusia yang semakin
meningkat. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi tersebut, manusia
dengan mudah dapat mengakses informasi dari belahan dunia manapun dengan
sangat cepat sehingga kebutuhan manusiapun menjadi semakin cepat
terpenuhi.
Kemajuan teknologi informasi tersebut juga sangat bermanfaat dalam
bidang pendidikan. Bimbingan dan konseling sebagai salah satu aspek
dalam pendidikan juga merasakan manfaat dari kemajuan teknologi
informasi tersebut. Aplikasi yang sangat nyata adalah proses layanan
bimbingan dan konseling sudah tidak harus dengan bertatap muka,
melainkan bisa dengan menggunakan media informasi baik itu telepon
maupun internet. tetapi semua itu bukan tanpa masalah. Banyak sekali
hambatan yang menjadi duri bagi kemajuan dunia bimbingan dan konseling.
Salah satunya adalah sumber daya manusianya yang belum bisa memanfaatkan
dengan baik kemajuan teknologi informasi tersebut sehingga perlu
sosialisasi kepada konselor maupun kepada konseli agar kedua belah pihak
bisa sama-sama memanfaatkan media teknologi informasi yang sudah maju.
B. Rekomendasi
Kemajuan teknologi informasi tidak selamanya berdampak baik bagi
individu. Dalam proses bimbingan dan konseling masih banyak yang belum
mengetahui pemanfaatan media teknologi informasi untuk menunjang layanan
bimbingan dan konseling. Konselor sekolah tidak semuanya mengerti atau
paham tentang pengguanaan internet. Padahal internet merupakan media
yang sangat efektif dalam proses layanan bimbingan dan konseling. Untuk
itu, perlu adanya suatu sosialisasi untuk meningkatkan kinerja konselor
di sekolah dalam hal memanfaatkan kemajuan teknologi informasi agar
nantinya bidang bimbingan dan konseling tidak lagi menjadi bidang
layanan yang membosankan dan menjenuhkan. Tidak hanya konselor yang
perlu diberikan sosialisasi. Para konseli yang dalam hal ini adalah
siswa juga perku diberikan suatu sosialisasi agar kemajuan teknologi
informasi tersebut bisa dimanfaatkan sesuai apa yang diharapkan. Dengan
kata lain, teknologi informasi tersebut tidak disalahgunakan untuk hal
yang negatif.
Jika konselor dan konseli sudah paham akan manfaat dan pentingnya
teknologi informasi dalam menunjang proses layanan bimbingan dan
konseling, maka ke depannya bimbingan dan konseling akan menjadi suatu
bidang pendidikan yang inovatif dan efisien berkat kemajuan teknologi
informasi namun tetap tidak menghilangkan esensi dari layanan bimbingan
dan konseling itu sendiri.